loading…
Aktris sekaligus produser film “Esok Tanpa Ibu”, Dian Sastrowardoyo, baru-baru ini berbagi pandangannya mengenai penggunaan teknologi artificial intelligence (AI) dalam kehidupannya sehari-hari. Dalam pernyataannya, ia menekankan bahwa AI membantu proses pendalamiannya terhadap karakter dalam film terbarunya.
Pernyataan ini diungkapkan Dian pada saat konferensi pers dan perilisan trailer film “Esok Tanpa Ibu” yang berlangsung di Jakarta. Ia menjelaskan bahwa teknologi ini memainkan peran yang semakin signifikan dalam berbagai aspek kehidupannya.
Dian mencatat bahwa AI bukan hanya berfungsi dalam konteks pekerjaan, tetapi juga dalam urusan sehari-hari seperti memasak. Ia merasa bahwa teknologi ini dapat memberikan solusi cepat dan efisien, terutama ketika ia ingin mencari resep yang mudah.
Pada kesempatan yang sama, Dian menekankan pentingnya posisi AI sebagai alat bantu, bukan pengganti manusia. Menurutnya, meskipun teknologi ini sangat berguna, penggunaan yang berlebihan dapat berisiko menurunkan kreativitas dan kemampuan berpikir manusia.
“Saya rasa, AI harus mendukung kreativitas, bukan mengambil alih seluruh proses. Jika kita terlalu bergantung pada teknologi ini, maka kita bisa kehilangan kemampuan kita untuk berinovasi,” ujarnya saat menjelaskan pemikirannya.
Pentingnya Memahami Keterbatasan AI dalam Kreativitas
Dian menegaskan bahwa meskipun teknologi AI memiliki banyak manfaat, para pekerja kreatif perlu menyadari batasan yang ada. Keterlibatan manusia tetap menjadi elemen utama dalam proses kreatif. Ia percaya bahwa kreativitas yang tulus tidak dapat sepenuhnya dihasilkan oleh algoritma.
Dalam industri film, misalnya, emosi dan nuansa yang diciptakan oleh para aktor tidak dapat digantikan oleh mesin. Dian menganggap bahwa AI dapat membantu dalam memudahkan beberapa aspek teknis, namun tidak dapat menggantikan kedalaman emosional yang dapat ditampilkan oleh manusia.
Pentingnya mempertahankan keaslian dan human touch dalam setiap karya seni sangat ditekankan oleh Dian. Ia berharap bahwa para kreator di Indonesia dapat menggunakan teknologi dengan bijak, sehingga inovasi dan kreativitas tetap dapat berfungsi sejalan.
“Kita harus terus berinovasi dengan cara yang tidak mengorbankan nilai-nilai dasar dari seni itu sendiri,” tegasnya. Dian mendorong para seniman untuk memanfaatkan teknologi, tetapi tetap menjaga identitas dan keunikan dalam karya mereka.
Dengan adanya teknologi, Dian berharap bisa mendorong diri dan orang lain untuk tetap produktif dan kreatif. Ia percaya bahwa baik seni maupun teknologi dapat bersinergi, asalkan kita tidak kehilangan esensi dari keduanya.
Dampak AI terhadap Proses Pendalaman Karakter di Film
Dalam proses pendalaman karakter untuk film “Esok Tanpa Ibu”, Dian menggunakan AI sebagai salah satu alat bantu. AI memungkinkan dia untuk memperoleh perspektif baru dalam berperan, sekaligus menjadikannya lebih efisien. Ia menilai bahwa teknologi ini memberikan wawasan yang tidak dapat diperoleh hanya dari pengalaman pribadi.
“AI membantu saya memahami karakter saya dengan cara yang lebih mendalam dan luas. Dengan berbagai informasi yang diberikan, saya jadi bisa eksplorasi lebih jauh tentang peran yang saya mainkan,” ujarnya.
Dian menjelaskan bahwa penggunaan AI dalam kreatifitasnya adalah satu dari sekian banyak cara untuk memaksimalkan potensi yang ada. Ia bertekad untuk tidak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga untuk terus mengasah keterampilan dan keahlian beraktingnya.
Berbagai metode yang dikombinasikan, termasuk penelitian mendalam dan penggunaan teknologi, diharapkan dapat menciptakan karakter yang lebih kuat dan relatable. Dian ingin penonton merasakan emosi dari karakter yang ia bawakan bukan hanya melalui akting, tetapi juga dalam nuansa yang dibangun oleh AI.
“Saya percaya bahwa karakter yang kompleks dan dalam bisa dihadirkan dengan kolaborasi antara manusia dan teknologi. Ini adalah langkah maju dalam proses kreatif di dunia perfilman,” imbuhnya.
Tantangan dan Peluang di Era Digital untuk Seniman
Era digital memberikan tantangan sekaligus peluang bagi para seniman, termasuk Dian. Ia menyadari bahwa meskipun teknologi menciptakan kemudahan, ada risiko yang perlu diperhatikan, terutama dalam mempertahankan keaslian karya seni. Dengan berkembangnya teknologi seperti AI, seniman dituntut untuk beradaptasi dan tetap relevan.
“Ada banyak teknologi baru yang muncul setiap hari. Saya rasa penting untuk melihatnya sebagai peluang, bukan ancaman,” kata Dian. Ia mengajak seniman lain untuk menggunakan teknologi sebagai sarana perkembangan, bukan untuk menggantikan fungsi kreatif manusia.
Dengan begitu, Dian berharap akan lahir generasi baru seniman yang mampu memanfaatkan teknologi dengan bijak. Ia mengingatkan bahwa kreativitas bukan hanya tentang menggunakan alat yang canggih, tetapi juga tentang menemukan suara dan gaya pribadi dalam berkarya.
“Generasi muda harus bisa menggabungkan tradisi dan inovasi. Dengan cara ini, seni kita akan tetap kaya dan berwarna,” tambah Dian. Ide-ide dan kreasi baru diharapkan dapat muncul tanpa mengorbankan warisan nilai yang ada.
Di masa mendatang, Dian berharap evolusi teknologi tidak hanya mendorong efisiensi, tetapi juga memperkaya pengalaman seni itu sendiri. Paduan antara kreativitas manusia dan teknologi diharapkan dapat menciptakan karya seni yang tak terlupakan.



