Film “Timur” karya Iko Uwais telah resmi ditayangkan di bioskop seluruh Indonesia pada tanggal 18 Desember 2025. Meskipun harus bersaing dengan “Avatar: Fire and Ash”, film ini tetap berdiri bangga sebagai karya lokal yang memiliki makna mendalam bagi industri perfilman dalam negeri.
Uwais Pictures, selaku rumah produksi yang memproduksi film ini, meraih perhatian luas dari publik dan pelaku industri. Dengan pernyataan dari Produser Eksekutif Yentonius Jerriel Ho, terungkap bahwa film ini tidak pernah berniat untuk menghindari kompetisi dengan film-film besar dari luar negeri.
“Kami sangat menyadari tantangan yang dihadapi. Namun, kami percaya bahwa film Indonesia harus berani berdiri sejajar bahkan dengan film sekelas “Avatar,” tegas Yentonius Jerriel.
Mengapa “Timur” Menjadi Penting bagi Film Indonesia?
“Timur” tidak hanya sekadar sebuah film aksi, tetapi sebuah pernyataan tentang harga diri dan keberanian perfilman nasional. Yentonius menegaskan bahwa pertandingan antara “Timur” dan “Avatar: Fire and Ash” melampaui sekadar angka penonton. Ini adalah masalah harga diri dan pengakuan bagi karya-karya dalam negeri.
Bagi para pembuat film, keberanian untuk bersaing di tengah dominasi Hollywood adalah langkah yang sangat berani. “Film kami adalah simbol dari kapasitas dan kemampuan karya anak bangsa,” ujar Yentonius. Dalam pandangannya, film ini menandai langkah maju bagi perfilman Indonesia, yang kerap terpinggirkan.
Selain itu, “Timur” juga membuktikan bahwa film Indonesia mampu menghadirkan cerita, karakter, dan visual yang diekspresikan dengan kuat. Ini adalah upaya untuk membuktikan bahwa kualitas tidak kalah dengan film internasional lainnya.
Kegiatan Di Balik Layar dan Rencananya ke Depan
Iko Uwais sebagai sutradara sekaligus pemeran utama, membawa banyak pengalaman dan visi baru dalam film ini. “Timur” mengadaptasi genre aksi dengan sentuhan narasi yang kuat, menggambarkan perjuangan dan semangat nasionalisme yang hangat.
“Dari rahim pejuang, semangat kami jelas: terus maju tanpa mundur. Kami berharap “Timur” dapat diterima dan diakui,” kata Yentonius. Dengan visi ini, mereka ingin menunjukkan kepada dunia bahwa perfilman Indonesia pantas mendapat tempat di kancah internasional.
Film ini didukung oleh tim kreatif yang berpengalaman, yang menciptakan koreografi pertarungan yang intens dan visual yang memukau. Hal ini menunjukkan bahwa meski dengan sumber daya yang terbatas, industri film Indonesia tetap memiliki potensi besar.
Peringkat dan Kenyataan Persaingan
Produser Ryan Santoso menekankan bahwa merilis film “Timur” bersamaan dengan “Avatar 3” adalah langkah besar yang jarang diambil oleh studio film lainnya. Ia menyebut “Avatar” sebagai proyek kolosal dengan anggaran raksasa yang jauh melampaui film Indonesia pada umumnya.
“Ini seperti mencoba melawan monster. Namun kami percaya bahwa keberanian adalah kunci keberhasilan,” ungkap Ryan. Keputusan ini adalah semangat untuk memperjuangkan eksistensi film lokal di tengah arus besar film Hollywood yang mendominasi.
Dia juga menekankan bahwa keterbatasan bukanlah alasan untuk mundur. Dengan optimisme yang tinggi, ia berharap penonton akan memberikan dukungan kepada film Indonesia yang berani bersaing ini.
Pentingnya Dukungan Publik untuk Perfilman Nasional
Dalam dunia perfilman, dukungan dari publik sangat penting untuk keberlangsungan industri. Ryan percaya bahwa masyarakat harus lebih memilih untuk menonton film lokal agar industri ini dapat berkembang. “Ibaratnya, cukup dengan bambu runcing, kami tidak akan mundur dalam memperjuangkan kedaulatan perfilman nasional,” tambahnya.
Dukungan pemerintah dan masyarakat juga diperlukan untuk menciptakan ekosistem yang sehat bagi film Indonesia. Ryan berharap bahwa “Timur” dapat menjadi pemicu bagi lebih banyak karya orisinal dari tanah air.
Tidak hanya sekedar pertarungan box office, tetapi lebih kepada sebuah perjalanan yang telah dimulai untuk Indonesia dan industri film. Dalam proses ini, harapan akan karya-karya berkualitas tinggi yang dapat diterima secara internasional tetap ada.


