Arkeolog yang bekerja di bawah Gereja Makam Kudus di Yerusalem baru-baru ini menemukan tanda-tanda yang menunjukkan adanya kebun kuno yang sesuai dengan deskripsi dalam Alkitab. Penemuan ini memicu ketertarikan dari banyak umat Kristen yang percaya bahwa lokasi tersebut adalah tempat di mana Yesus Kristus dimakamkan, menjadikannya sebagai situs ziarah yang sangat penting.
Penemuan arkeologis ini bisa jadi mencerminkan kisah dalam Injil Yohanes yang menyebutkan adanya kebun di tempat di mana Yesus disalibkan. Dalam Injil tersebut, diceritakan bahwa di kebun tersebut terdapat kuburan baru yang belum pernah digunakan sebelumnya.
Di antara temuan tersebut, terdapat pohon zaitun dan anggur yang diyakini berusia sekitar 2.000 tahun. Penemuan ini tidak hanya meningkatkan nilai sejarah situs tersebut tetapi juga menjadikannya relevan dalam konteks keagamaan bagi umat Kristen di seluruh dunia.
Penemuan Arkeologis yang Menggugah Minat Sejarah
Temuan arkeologi ini sangat menggugah minat para peneliti, terutama karena relevansinya dengan bagian tertentu dalam Injil. Menurut Francesca Romana Stasolla, Profesor Arkeologi Kristen dan Abad Pertengahan di Universitas “La Sapienza” Roma, informasi yang ditemukan sangat memperkaya pemahaman kita tentang Yerusalem pada zaman Yesus.
Stasolla menekankan betapa pentingnya informasi dalam Injil Yohanes yang menyebutkan adanya area hijau antara Kalvari dan kuburan. Hal ini memberikan bukti bahwa ada kebun di sekitar lokasi tersebut, yang kini berhasil diidentifikasi oleh tim peneliti.
Seiring dengan mendekatnya perayaan Paskah pada tahun 2026, penggalian ini diharapkan bisa memberikan lebih banyak informasi yang relevan. Proyek restorasi dan penelitian ini sangat penting bagi pemeliharaan situs religius yang memiliki makna mendalam bagi jutaan orang di seluruh dunia.
Proyek Restorasi yang Menghadirkan Harapan Baru
Penggalian yang dilakukan di bawah gereja merupakan bagian dari proyek restorasi besar yang dimulai pada tahun 2022, menandai kerja restorasi pertama sejak abad ke-19. Proyek ini dipimpin oleh seorang profesor dari Universitas Sapienza Roma dan melibatkan berbagai komunitas keagamaan yang berpartisipasi dalam perizinan.
Restorasi ini memerlukan persetujuan dari komunitas Katolik Roma, Armenia, dan Ortodoks Yunani, yang menunjukkan betapa kompleksnya manajemen dan pemeliharaan situs religius ini. Otoritas Purbakala Israel juga memberikan izin yang diperlukan untuk menggali dan merestorasi area tersebut.
Perizinan dan kerjasama antar komite ini penting untuk menghindari konflik dan memastikan bahwa pekerjaan dilakukan dengan menghormati sejarah serta tradisi di kawasan tersebut. Dengan kolaborasi ini, diharapkan para peziarah dapat menikmati pengalaman spiritual yang lebih kaya saat mengunjungi situs suci ini.
Artifak Menarik yang Mengungkap Sejarah Masa Lalu
Selama penggalian, tim peneliti menemukan lapisan-lapisan yang berasal dari Zaman Besi di bawah basilika, termasuk artefak seperti tembikar dan lampu minyak. Penemuan ini memberikan wawasan tentang penggunaan dan pengelolaan tanah di wilayah ini sepanjang sejarah.
Adanya artefak pra-Kristen menunjukkan bahwa lokasi ini telah mengalami banyak perubahan, dari tambang batu menjadi lahan pertanian, dan akhirnya menjadi situs pemakaman. Hal ini memberikan konteks lebih lanjut tentang bagaimana masyarakat pada masa lalu berinteraksi dengan tempat tersebut.
Institusi yang terlibat dalam penelitian ini berharap dapat menampilkan hasil temuan secara lebih terbuka sehingga publik dapat memahami dan menghargai sejarah yang terkandung di dalamnya. Penemuan ini juga berpotensi menarik lebih banyak wisatawan dan peziarah untuk datang dan mengunjungi lokasi yang kaya akan sejarah ini.



