Pada akhir bulan Desember, Keraton Surakarta menjadi tujuan wisata yang sangat ramai dikunjungi oleh wisatawan lokal dari berbagai daerah. Meskipun demikian, kekecewaan menyelimuti pengunjung ketika mereka mendapati bahwa museum yang menjadi bagian dari keraton tersebut tidak dapat diakses.

Situasi ini membuat para pengunjung yang sudah datang jauh-jauh merasa hampa. Beberapa dari mereka berharap bisa melihat langsung keindahan dan keunikan yang ditawarkan oleh Keraton Surakarta.

Ada beberapa pengunjung, seperti Aryanto dari Mojokerto, yang menyatakan kekecewaannya akibat penutupan ini. Ia datang bersama keluarga untuk menikmati keindahan keraton, namun justru mendapati pintu museum terkunci rapat.

Keputusan Penutupan Museum dan Reaksi Pengunjung

Keraton Surakarta mengumumkan penutupan museum pada hari-hari tertentu, tetapi tidak memberikan informasi yang jelas kepada publik. Ini memicu kebingungan dan rasa frustrasi di kalangan pengunjung yang telah merencanakan kunjungan mereka jauh-jauh hari.

Bagi sebagian pengunjung, seperti Salman Abdillah dari Sidoarjo, perjalanan jauh mereka berujung pada alternatif lain. Ia memilih menyewa becak untuk mengelilingi kawasan keraton, meski merasa kecewa tidak dapat memasuki museum.

Pembatasan akses ini tidak hanya mengganggu pengunjung, tetapi juga berdampak pada citra Keraton Surakarta sebagai salah satu destinasi wisata budaya utama. Banyak yang khawatir bahwa keraton kehilangan peluang untuk menarik lebih banyak wisatawan.

Dinamika Internal Keraton Surakarta yang Menyebabkan Penutupan

Di balik penutupan museum ini, terdapat masalah internal di dalam kepemimpinan Keraton Surakarta. Lembaga Dewan Adat (LDA) yang mendukung Pakubuwono XIV Mangkubumi menyebut bahwa kunci museum diganti oleh pihak lain dalam organisasi.

Ketua Eksekutif LDA, KPH Eddy Wirabumi, mengungkapkan ketidakpuasan atas langkah yang ditempuh oleh kubu yang mengganti kunci. Menurutnya, ini justru mengganggu konservasi dan renovasi yang sedang dilakukan di museum oleh pihak terkait.

Pada waktu yang bersamaan, tim dari Balai Pelestari Kebudayaan juga tengah melaksanakan tugas penting terkait dengan pelestarian keraton. Namun, tindakan penggembokan membuat mereka terhalang dalam menyelesaikan tugas mereka.

Usaha untuk Memperbaiki Situasi Akses Wisatawan

Meskipun situasi ini tidak ideal, pihak LDA mengungkapkan keinginannya untuk mencari solusi agar wisatawan tetap bisa menikmati keraton. Mereka mempertimbangkan pembukaan akses yang terbatas kepada publik melalui pintu Kori Kamandungan.

Kori Kamandungan, meskipun bukan akses resmi, mungkin bisa menjadi alternatif bagi pengunjung yang ingin merasakan suasana keraton. Hal ini dapat memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk tetap menikmati keindahan Keraton Surakarta meskipun dalam batas tertentu.

Pihak LDA berharap agar langkah ini dapat segera diwujudkan, memungkinkan pengunjung mendapatkan informasi terbaru tentang wisata budaya yang ada di dalam keraton.

Iklan