Nur Aini, seorang guru asal Bangil di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, kini tengah menghadapi keadaan yang sangat mengecewakan. Setelah berbagi kisah perjuangannya menempuh jarak jauh ke sekolah, ia justru dipecat dari posisinya sebagai aparatur sipil negara (ASN) oleh pemerintah daerah setempat.

Dengan jarak mencapai seratus kilometer setiap hari, Nur Aini berangkat dari rumahnya pada pukul 05.30 WIB menuju SDN II Mororejo, sekolah tempat ia mengajar. Perjalanan yang harus dilaluinya sangat berat, terutama karena medan yang terjal dan lokasi sekolah yang berada di kaki Gunung Bromo.

Setiap hari, Nur Aini harus menghadapi tantangan bukan hanya berupa jarak, tetapi juga kondisi fisik dan biaya perjalanan. Dalam salah satu video yang viral, dia menyebutkan jika perjalanan pulang-pergi mencapai 114 kilometer, yang tentunya sangat membebani. Nur pun berharap untuk bisa pindah ke dekat sekolah.

Namun, harapan Nur untuk mendapatkan perhatian justru berbuah kepahitan. Pemerintah Kabupaten Pasuruan mengambil tindakan tegas dengan memecatnya setelah memperhatikan kedisiplinan dan absensinya.

Kepala Bidang Penilaian Kinerja Aparatur dan Penghargaan BKPSDM Kabupaten Pasuruan, Devi Nilambarsari, menjelaskan bahwa pemecatan ini terjadi setelah evaluasi menunjukkan bahwa Nur Aini tidak hadir selama 28 hari kumulatif dalam setahun. Ini melanggar ketentuan yang ada dan dinilai sebagai pelanggaran serius.

Pemecatan Berbasis Evaluasi Kedisiplinan ASN

Proses pemecatan Nur Aini tidak terjadi secara tiba-tiba. Pemerintah daerah melakukan penilaian ketat terhadap kedisiplinannya sebagai guru. Sebagai seorang ASN, ada tanggung jawab yang diemban, dan ketidakhadiran yang berlebihan memenuhi syarat untuk dijatuhi sanksi berat.

Menurut Devi, ketidakhadiran tersebut melebihi batas toleransi yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dalam hal ini, absensi yang mencapai 28 hari secara kumulatif dianggap sangat mencolok dan tidak dapat diterima, terutama dalam konteks pelayanan pendidikan.

Nur Aini pun menjalani sidang disiplin untuk mempertanggungjawabkan keterlambatannya dalam mengajar. Hasil dari sidang tersebut menunjukkan bahwa dia melanggar aturan yang berlaku untuk ASN di Indonesia, dan sanksi pemecatan pun dijatuhkan.

Pihak berwenang menyampaikan keputusan tersebut melalui Surat Keputusan yang dikirimkan langsung ke rumah Nur Aini. Hal ini dilakukan karena ia tidak menghadiri pemanggilan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Melihat situasi ini, banyak pihak merasa prihatin dengan kondisi Nur Aini yang sudah berjuang keras untuk mengajar, namun ternyata harus berurusan dengan konsekuensi yang sangat berat akibat kondisi yang bisa saja terjadi pada siapa saja.

Perjuangan Seorang Pengajar di Daerah Terpencil

Kisah Nur Aini mencerminkan realitas pahit yang dihadapi oleh banyak guru di daerah terpencil. Para pendidik sering kali harus berjuang keras melawan banyak tantangan, termasuk jarak tempuh yang jauh, waktu, dan biaya. Hal ini seharusnya mendapat perhatian lebih dari pemerintah dan masyarakat.

Perjalanan menantang yang dilalui Nur Aini adalah gambaran nyata dari dedikasi seorang guru. Dia tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pahlawan yang berkorban demi pendidikan anak-anak di daerahnya.

Meskipun begitu, realitas sistem pendidikan terkadang mengabaikan usaha dan perjuangan guru. Permasalahan ini belum sepenuhnya terpecahkan, dan kasus Nur Aini bisa menjadi pelajaran bagi banyak pihak.

Saya percaya, setiap guru layak mendapatkan dukungan yang memadai untuk menjalankan tugasnya dengan baik. Kesejahteraan dan penghargaan terhadap jasa mereka seharusnya menjadi fokus utama dalam pembenahan sistem pendidikan.

Harapan perubahan ini menjadi dorongan untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih baik dan bersahabat bagi para pengajar, terutama di wilayah terpencil seperti yang dialami oleh Nur Aini.

Pendidikan dan Eselonasi Dalam Masa Depan

Peristiwa yang dialami Nur Aini juga menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana pendidikan seharusnya dikelola. Apakah pengelolaan pendidikan saat ini sudah cukup baik untuk mendukung guru dalam menjalankan tugas mereka? Ini adalah pertanyaan kritis untuk dicermati oleh pemerintah dan lembaga terkait.

Sistem penilaian yang mengedepankan angka-angka tanpa mempertimbangkan konteks atau kondisi guru sangatlah berisiko. Sistem seperti ini bisa membunuh semangat dan dedikasi guru yang sejatinya ingin mengabdi untuk pendidikan.

Perlu adanya pendekatan yang lebih manusiawi dan pemahaman mendalam tentang tantangan yang dihadapi oleh guru di lapangan. Hanya dengan cara ini, sistem pendidikan kita bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.

Jika kita ingin dunia pendidikan yang lebih baik, semua pihak harus saling mendukung satu sama lain. Karenanya, kesadaran akan kondisi sosial dan geografis di mana pendidikan berlangsung sangatlah penting.

Kisah Nur Aini bisa jadi awal dari diskusi besar tentang perbaikan sistem pendidikan yang lebih adil dan berkelanjutan agar semua guru dapat berkontribusi secara maksimal.

Iklan