Pemerintah Provinsi Jawa Timur tengah menjalankan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) untuk mengatasi ancaman cuaca ekstrem yang dapat mengganggu aktivitas masyarakat menjelang Natal dan Tahun Baru. Kegiatan ini ditujukan untuk meminimalkan dampak bencana hidrometeorologi, terutama di wilayah pesisir utara Jawa Timur.
Kepala Pelaksana BPBD Jawa Timur, Gatot Soebroto, mengungkapkan bahwa OMC telah dimulai sejak 5 Desember 2025. Kegiatan ini melibatkan penyemprotan bahan semai di beberapa titik strategis untuk menjaga kestabilan cuaca di wilayah tersebut.
Penyemprotan ini dilakukan dengan memanfaatkan dua jenis bahan, yaitu kalsium oksida dan natrium klorida. Pemilihan bahan ini berdasarkan analisis data dari BMKG yang menunjukkan potensi cuaca buruk di wilayah Jatim.
Strategi dan Tujuan Operasi Modifikasi Cuaca di Jatim
OMC memiliki tujuan inti untuk mengurangi intensitas curah hujan yang dapat menyebabkan bencana, seperti banjir dan tanah longsor. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap ancaman bencana hidrometeorologi yang sering muncul pada musim hujan.
Gatot menjelaskan bahwa operasi ini dilakukan di daerah yang teridentifikasi berpotensi tinggi terjadi bencana. Hasil analisa BMKG yang terus dipantau menjadi acuan untuk menentukan titik-titik pelaksanaan OMC.
Sejak pelaksanaannya, OMC telah dirancang untuk menjangkau beberapa wilayah yang dinilai rawan terkena dampak bencana. Ini termasuk area utara Surabaya, utara Kabupaten Banyuwangi, dan Situbondo yang menjadi fokus perhatian pemerintah.
Operasi ini tidak hanya sekedar untuk mengurangi curah hujan, tetapi juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesiapsiagaan terhadap potensi bencana. Kegiatan sosialisasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan OMC agar masyarakat dapat lebih siap menghadapi risiko yang mungkin terjadi.
Pengaruh Operasi Modifikasi Cuaca terhadap Lingkungan dan Masyarakat
Meski OMC diyakini dapat membantu mengurangi bencana, beberapa kalangan mengungkapkan kekhawatiran tentang dampaknya terhadap keseimbangan ekosistem. Perubahan cuaca yang tiba-tiba dapat mempengaruhi flora dan fauna di sekitar wilayah yang disemai.
Masyarakat juga diharapkan dapat berpartisipasi dalam menjaga lingkungan setelah operasi ini. Dengan adanya peningkatan kesadaran, diharapkan mereka dapat berkontribusi dalam menjaga kesehatan ekosistem di daerahnya sendiri.
Gatot menegaskan bahwa OMC bukanlah solusi permanen terhadap masalah cuaca ekstrem, melainkan sebagai tindakan mitigasi. Terjadi interaksi antara teknologi modifikasi cuaca dan kondisi alam yang harus dipertimbangkan dengan seksama.
Oleh karena itu, penting bagi semua pihak untuk saling bekerja sama dalam menjaga keberlanjutan lingkungan meskipun masih ada ketidakpastian yang menyertai operasi ini. Rencana lanjutan setelah OMC menjadi penting untuk memaksimalkan hasil yang diharapkan.
Peran Pemerintah dalam Penanganan Bencana Hidrometeorologi
Pemerintah berperan aktif dalam mencegah dan menangani bencana hidrometeorologi melalui OMC sebagai salah satu langkah proaktif. Penanganan ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga memerlukan dukungan masyarakat.
Berbagai pihak diharapkan berpartisipasi dalam program mitigasi bencana dan melakukan upaya pencegahan di tingkat lokal. Edukasi publik menjadi aspek krusial agar masyarakat mengenali tanda-tanda bahaya dan cara bertindak yang tepat.
Penyuluhan dan pelatihan untuk menghadapi bencana harus ditingkatkan agar setiap warga memiliki bekal pengetahuan yang memadai. Dengan cara ini, masyarakat akan lebih siap menghadapi kemungkinan terburuk dan mengurangi dampak negatif yang mungkin terjadi.
Sebagai langkah lanjutan, pemerintah juga berencana untuk memperkuat infrastruktur yang dapat mengurangi risiko bencana di masa mendatang. Langkah ini mencakup peningkatan saluran drainase, pemeliharaan area resapan air, dan pembangunan bendungan.



