Sejumlah peneliti baru-baru ini mengumumkan penemuan situs megalitik yang mengagumkan di Gunung Tangkil, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Penemuan ini dilakukan oleh tim arkeologi yang terdiri dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Museum Prabu Siliwangi, memanfaatkan teknologi LiDAR untuk mendalami situs yang sebelumnya belum banyak dieksplorasi.

Pemanfaatan teknologi canggih ini memungkinkan peneliti untuk menembus hutan lebat dan menemukan jejak artefak kuno yang dulunya tersembunyi. Analisis awal menunjukkan bahwa daerah ini mungkin menyimpan jejak peradaban purba yang kaya akan budaya dan nilai sejarah.

Gunung Tangkil, dengan lanskap yang menakjubkan, memiliki sejarah yang mungkin belum sepenuhnya terungkap. Penelitian ini dimulai saat peneliti menemukan fragmen patung batu di lereng terpencil, menandakan adanya aktivitas manusia pada masa lalu.

Melansir dari Museum Prabu Siliwangi, wilayah ini diyakini merupakan tempat yang kaya akan penemuan arkeologis. Penemuan fragmen artefak memberikan petunjuk kuat tentang kemungkinan hubungan antara situs ini dengan tradisi megalitik di daerah lainnya di Jawa Barat.

Penerapan Teknologi LiDAR dalam Eksplorasi Arkeologi

Penerapan teknologi LiDAR membuka cara baru dalam eksplorasi arkeologi. Teknologi ini menggunakan laser untuk memetakan area yang padat vegetasi, memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi struktur yang sebelumnya tidak terlihat.

LiDAR bekerja dengan memancarkan sinar laser ke permukaan tanah dan mendeteksi cahaya yang dipantulkan. Hasilnya adalah gambar detail dari struktur di bawah kanopi hutan lebat.

Pada survei yang dilakukan pada September 2025, BRIN berhasil mengungkap berbagai formasi batu yang diyakini memiliki signifikansi kultural. Metode ini membawa penelitian arkeologi ke tingkat yang lebih tinggi dan efisien.

Dengan data yang dikumpulkan, tim peneliti mampu mendeteksi kontur tanah dan mengungkap detail struktur batu. Temuan ini tidak hanya memberikan wawasan baru tetapi juga memperkuat argumen tentang keberadaan jaringan megalitik yang lebih luas.

Irfan Machmud, salah satu peneliti dari BRIN, menjelaskan bahwa hasil analisis menggambarkan struktur kompleks yang mungkin berhubungan dengan tradisi megalitik. Ini menjadi langkah penting menuju pengertian yang lebih dalam tentang sejarah budaya di wilayah ini.

Menemukan Klaster Teras di Gunung Tangkil

Salah satu penemuan menarik adalah empat klaster teras yang teridentifikasi di Gunung Tangkil. Setiap klaster menunjukkan struktur yang berbeda, menjadi indikator penting bagi peneliti untuk memahami fungsi dan nilai sejarahnya.

Klaster pertama menunjukkan adanya fragmen batu dan menhir, yang berpotensi sebagai patung. Klaster kedua mencakup susunan batu yang mirip dengan pola permainan tradisional, menunjukkan keterhubungan dengan budaya lokal.

Klaster ketiga memperlihatkan batu-batu yang ditumpuk, yang mungkin memiliki fungsi ritual, sedangkan klaster keempat menunjukkan formasi batu memanjang. Keberagaman struktur ini meningkatkan kompleksitas dan daya tarik situs.

Temuan ini tidak hanya sebatas struktur fisik, tetapi juga menyoroti interaksi antara komunitas purba dan alam sekitar. Penemuan keramik dari periode ke-10 hingga 20 menambah wawasan penting tentang hubungan perdagangan antara kepulauan Indonesia dan pedagang maritim dari China.

Bahwa Gunung Tangkil mungkin memiliki hubungan dengan jalur perdagangan regional memperkuat pentingnya situs ini sebagai tempat arkeologis yang bernilai tinggi.

Tantangan dan Harapan untuk Penelitian Selanjutnya

Walaupun penemuan ini sangat menarik, penelitian lebih lanjut di Gunung Tangkil dihadapkan pada berbagai tantangan. Area ini berada dalam Kawasan Konservasi Alam Sukawayana, sehingga ada batasan dalam melakukan penggalian arkeologis.

Setiap kegiatan yang berpotensi merusak vegetasi harus menghormati peraturan lingkungan yang ketat. Irfan Machmud menyatakan bahwa diskusi dengan pihak kehutanan diperlukan sebelum melakukan langkah-langkah lebih lanjut.

Kedekatan Gunung Tangkil dengan kawasan Ciletuh Geopark menambah kompleksitas situasi, di mana keindahan alam memiliki nilai ekologis tinggi. Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat menunjukkan keterkaitan antara budaya dan alam yang ada.

Rencana untuk memetakan menggunakan drone dan pemindaian LiDAR yang lebih mendalam akan sangat penting untuk menjelajahi struktur yang ada. Jika terbukti, Gunung Tangkil berpotensi menjadi salah satu lokasi arkeologi paling signifikan di Indonesia.

Usulan untuk menetapkan Gunung Tangkil sebagai situs warisan budaya juga mengemuka, yang menunjukkan bahwa penelitian ini bukan hanya menyentuh aspek ilmiah tetapi juga nilai pelestarian budaya.

Iklan