Fakta ERA – Bagi beberapa pasangan yang sedang berjuang untuk mendapatkan garis dua pada alat tes kehamilan, metode fertilisasi in vitro (IVF) atau yang lebih dikenal dengan sebutan bayi tabung menjadi salah satu usaha terbaik yang mereka pilih dalam mencapai impian memiliki buah hati. IVF merupakan proses pembuahan sel telur oleh sperma yang dilakukan di luar tubuh wanita, dan ini sering menjadi pilihan ketika metode lain tidak memberikan hasil yang diharapkan.

Program bayi tabung ini melibatkan serangkaian prosedur medis yang cukup kompleks dan menantang. Setiap langkahnya perlu dilakukan dengan cermat untuk meningkatkan peluang keberhasilan, termasuk dalam menentukan waktu yang tepat bagi embrio untuk menempel pada rahim. Di sinilah peran penting Endometrial Receptivity Analysis (ERA)—sebuah tes inovatif yang dirancang untuk memeriksa kesiapan lapisan rahim atau endometrium dalam menerima embrio yang telah dibuahi.

Tes ERA memberikan informasi tentang waktu implantasi yang paling tepat, yang bisa sangat membantu meningkatkan peluang kehamilan pada program bayi tabung. Bagi pasangan yang telah berjuang bertahun-tahun untuk mendapatkan keturunan, adanya tes ini dapat menjadi solusi untuk meningkatkan keberhasilan IVF dan memberikan harapan lebih besar dalam mendapatkan buah hati.

Apa Itu Endometrial Receptivity Analysis (ERA)?

IVF atau fertilisasi in vitro adalah proses di mana sel telur diambil dari ovarium wanita dan ditempatkan dalam cawan petri bersama sel sperma untuk menciptakan embrio. Setelah pembuahan berhasil, embrio tersebut kemudian akan dipindahkan ke rahim agar dapat berkembang menjadi janin.

Namun, salah satu aspek penting untuk memastikan keberhasilan IVF adalah menempatkan embrio di dalam rahim pada waktu yang paling ideal, di mana lapisan rahim atau endometrium sedang berada pada kondisi terbaik untuk menerima embrio tersebut. Waktu yang tepat ini dikenal sebagai window of implantation.

Di sinilah peran Endometrial Receptivity Analysis (ERA) menjadi sangat penting. ERA adalah tes yang dilakukan untuk menentukan kapan endometrium siap menerima embrio. Dengan menggunakan teknologi ini, dokter dapat memastikan bahwa embrio dipindahkan pada saat yang tepat, sehingga peluang keberhasilan kehamilan menjadi lebih tinggi. Tes ERA memberikan informasi tentang kesiapan rahim, membantu mengoptimalkan proses implantasi dan memberikan harapan lebih besar bagi pasangan yang menjalani IVF.

Endometrial Receptivity Analysis (ERA): Fakta, Proses, dan Manfaatnya untuk Program Bayi Tabung

1. Apa Itu ERA?

Untuk memahami Endometrial Receptivity Analysis (ERA), pertama-tama kita harus mengetahui apa itu endometrium. Endometrium adalah lapisan rahim yang berubah selama kehamilan dan siklus menstruasi untuk menyediakan lingkungan ideal bagi implantasi sel telur yang telah dibuahi dan pertumbuhan plasenta.

Reseptivitas endometrium adalah kemampuan lapisan ini untuk menyediakan kondisi yang optimal bagi pertumbuhan embrio. ERA adalah tes yang mengukur karakteristik endometrium untuk menentukan waktu terbaik bagi implantasi embrio selama proses IVF (fertilisasi in vitro). Tes ini membantu memastikan bahwa embrio dipindahkan ke dalam rahim pada waktu yang paling tepat, sehingga meningkatkan peluang keberhasilan kehamilan.

2. Alur Kerja ERA

ERA dilakukan dengan biopsi endometrium yang diambil dalam siklus transfer embrio tiruan sebelum siklus IVF. Sampel biopsi ini kemudian dianalisis untuk menilai penerimaan endometrium dan menentukan hari optimal untuk transfer embrio.

Proses ini melibatkan pengiriman sampel ke laboratorium, di mana analisis molekuler dilakukan untuk menentukan waktu terbaik bagi implantasi embrio dalam siklus transfer di masa mendatang. Hasil dari tes ERA dapat berupa:

  • Pra reseptif: Endometrium belum siap menerima embrio, sehingga transfer pada waktu ini mungkin tidak ideal.
  • Reseptif: Waktu optimal untuk mentransfer embrio agar terjadi implantasi.
  • Pasca reseptif: Endometrium telah melewati tahap optimal untuk implantasi, sehingga waktu idealnya telah lewat.

Hasil tes ini akan dikirimkan ke dokter untuk membuat penyesuaian yang diperlukan pada protokol IVF dan menjadwalkan transfer embrio ketika endometrium sedang reseptif.

Setelah embrio dipindahkan ke dalam rahim, pasien disarankan untuk mengonsumsi obat sesuai resep dan menunggu sekitar 16 hari sebelum melakukan tes kehamilan. Pasien juga dapat melanjutkan aktivitas sehari-hari, dengan catatan tidak melakukan latihan fisik berat dan beristirahat jika merasa perlu. Klinik akan memastikan kehamilan dengan pemindaian ultrasonografi dan tes darah.

3. Manfaat Tes ERA

Tanpa tes ERA, sekitar 30 persen siklus IVF diklaim gagal karena transfer embrio dilakukan di luar window of implantation. Sebanyak 238 gen di endometrium berekspresi berbeda tergantung pada tahap siklus kesuburan, sehingga ERA memungkinkan dokter menemukan waktu implantasi embrio yang ideal.

Beberapa studi menemukan bahwa proses biopsi itu sendiri dapat memengaruhi siklus kesuburan pasien. Pola endometrium bisa menyebabkan remodeling pada lapisan rahim, menciptakan reaksi peradangan yang dapat meningkatkan kemungkinan kehamilan pada siklus berikutnya. Namun, sebagian ahli mengatakan hal ini tidak selalu benar.

4. Kelemahan Tes ERA

Meskipun memiliki manfaat, ada beberapa kelemahan dalam tes ERA. Pengujian ini memerlukan waktu beberapa minggu dan bersifat invasif serta menyakitkan. Selain itu, tidak ada indikasi pasti bahwa ERA benar-benar bermanfaat bagi semua pasien bayi tabung. Sebagian besar penelitian yang mendukung tes ini disponsori oleh perusahaan penguji, yang dapat menimbulkan konflik kepentingan.

Reseptivitas endometrium juga dinilai masih belum meyakinkan karena banyaknya variabel yang dapat memengaruhi hasilnya. Pengujian bisa dilakukan pada waktu yang berbeda selama siklus kesuburan, dengan kualitas embrio yang berbeda, serta menggunakan metode dan peralatan yang berbeda. Selain itu, beberapa penelitian memiliki data yang buruk karena bias, inkonsistensi, dan ketidaktepatan. Window of implantation pada pasien juga dapat berubah dari satu siklus ke siklus berikutnya.

5. Haruskah Menjalani Tes ERA?

Jika Anda baru saja memulai program kehamilan atau belum pernah menjalani IVF, mungkin Anda bertanya-tanya mengenai kondisi endometrium saat menerima embrio. Dalam konsultasi kesuburan awal, tim medis biasanya akan memeriksa cadangan ovarium, fungsi ovarium, serta melakukan USG untuk melihat kondisi ovarium, rahim, dan lapisan rahim.

Menilai reseptivitas endometrium bukanlah tes yang harus dilakukan kecuali direkomendasikan oleh dokter. ERA umumnya disarankan bagi pasien yang telah menjalani dua atau lebih siklus IVF yang gagal meskipun memiliki kualitas embrio yang baik.

Jika Anda pernah mengalami dua kali keguguran atau lebih, mungkin disarankan untuk mempertimbangkan preimplantation genetic testing-aneuploidy (PGT-A), yang dapat membantu meningkatkan kemungkinan memiliki bayi yang sehat dan mengurangi risiko keguguran.

6. Efek Samping Tes ERA

Nyeri setelah prosedur ini biasanya ringan, tetapi pasien mungkin mengalami bercak atau pendarahan ringan. Periode menstruasi berikutnya juga bisa terjadi lebih awal atau lebih lambat. Pasien akan diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi, yang dapat muncul dalam bentuk demam, nyeri di perut, atau keluarnya cairan berbau tidak sedap dari vagina.

Bagi pasangan yang khawatir akan kegagalan bayi tabung yang berulang, ERA mungkin menjadi langkah logis berikutnya. Namun, tes ini mungkin bukan pilihan yang tepat untuk semua pasien IVF. ERA akan lebih bermanfaat bagi mereka yang mengalami kegagalan implantasi berulang atau memiliki kondisi seperti endometriosis yang mempengaruhi reseptivitas endometrium.

 

Baca juga artikel dari JenniferBlake.com

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan