Aktivitas Gunung Semeru, yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa Timur, masih menunjukkan tanda-tanda yang signifikan. Gunung setinggi 3.676 meter di atas permukaan laut ini mengalami serangkaian gempa letusan yang menjadi perhatian publik dan otoritas setempat.

Sejak Minggu dini hari, tercatat 83 gempa letusan, menunjukkan tingginya aktivitas vulkanik. Aktivitas ini menciptakan kewaspadaan di kalangan masyarakat sekitar serta lembaga terkait.

Pada periode pengamatan dari pukul 06.00 hingga 12.00 WIB, tercatat 40 kali gempa letusan dengan amplitudo antara 10-22 mm dan durasi gempa antara 66-173 detik. Hal ini menunjukkan bahwa magma masih aktif bergerak di dalam gunung.

Fenomena Gempa Letusan yang Meningkat di Gunung Semeru

Dari hasil pengamatan, bukan hanya gempa letusan yang terjadi, tetapi juga tiga kali gempa embusan dengan amplitudo 4-8 mm. Selain itu, terdapat dua kali gempa tektonik jauh dengan amplitudo 15 mm, menandakan aktivitas seismik yang cukup tinggi di kawasan ini.

Kondisi atmosfer di sekitar gunung saat itu tertutup kabut, sehingga visualisasi kawah pun tidak dapat teramati. Cuaca yang fluktuatif, antara cerah hingga mendung, dan angin yang lemah, sangat mempengaruhi pandangan para pengamat.

Sebelumnya, pada periode dari pukul 00.00 hingga 06.00 WIB, tercatat 43 kali gempa letusan dengan amplitudo 10-23 mm, ditambah dengan 4 kali gempa guguran dan 8 kali gempa embusan. Data ini menunjukkan adanya lonjakan aktivitas seismik yang berpotensi membahayakan.

Menilai Status dan Tantangan di Sekitar Gunung Semeru

Status Gunung Semeru saat ini masih pada Level III atau siaga, yang memicu Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) untuk mengeluarkan sejumlah rekomendasi. Masyarakat diimbau untuk tidak melakukan aktivitas dalam sektor tenggara, khususnya di sepanjang Besuk Kobokan, hingga jarak 13 km dari puncak.

Pihak berwenang meminta warga untuk menjaga jarak aman, terutama 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan. Hal ini penting untuk menghindari bahaya akibat potensi aliran lahar dan awan panas yang dapat menjangkau hingga 17 km dari puncak gunung.

Lebih lanjut, masyarakat diminta untuk tidak beraktivitas dalam radius 5 km dari kawah Gunung Semeru. Ancaman lontaran batu pijar menjadi salah satu risiko yang perlu diwaspadai oleh penduduk sekitar.

Pentingnya Kewaspadaan dan Mitigasi Bencana di Sekitar Gunung

Masyarakat di sekitar gunung harus mewaspadai potensi awan panas guguran serta aliran lava yang dapat terjadi di sepanjang sungai atau lembah yang berhulu di puncak. sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan juga menjadi perhatian karena berpotensi terdampak.

Rekomendasi dari PVMBG sangat krusial dalam menjaga keselamatan warga. Dengan pemahaman yang baik tentang potensi risiko, masyarakat dapat meminimalisir dampak buruk yang mungkin timbul.

Kerjasama antara otoritas, ilmuwan, dan masyarakat dianggap penting dalam menghadapi situasi ini. Kesiapsiagaan menjadi kunci dalam mitigasi bencana dan meminimalisir kerugian yang mungkin terjadi akibat aktivitas vulkanik.

Iklan