Hanung Bramantyo – Sutradara terkenal Hanung Bramantyo baru-baru ini membagikan momen pertemuannya bersama para pelaku film nasional dengan Menteri Kebudayaan Fadli Zon dan Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha. Dalam pertemuan tersebut, Hanung dan sejumlah sineas berdiskusi tentang berbagai tantangan yang dihadapi industri film di Indonesia, khususnya terkait ruang tayang bagi film-film alternatif yang sering kali kurang mendapat perhatian di jaringan bioskop utama.
Hanung, yang telah lama menjadi pendukung karya-karya film dengan perspektif dan tema yang beragam, menyampaikan pentingnya memberikan ruang bagi film alternatif agar penonton Indonesia dapat menikmati karya dengan sudut pandang dan narasi yang berbeda. Pertemuan dengan Fadli Zon dan Giring Ganesha ini menjadi kesempatan bagi Hanung dan para sineas untuk mendorong pemerintah agar memberikan dukungan lebih besar bagi industri film alternatif.
Melalui pertemuan ini, Hanung berharap pemerintah dapat memberikan fasilitas, regulasi, atau insentif yang mendukung kemunculan film-film dengan tema yang lebih beragam dan tak hanya fokus pada genre populer. Dialog ini diharapkan dapat membuka peluang lebih besar bagi sineas lokal yang ingin berkarya di jalur independen dan menghadirkan perspektif baru bagi masyarakat.
Hanung Bramantyo Suarakan Isu Ruang Tayang untuk Film Alternatif di Indonesia
Dalam pertemuan antara pelaku industri film dan Menteri Kebudayaan Fadli Zon, Hanung Bramantyo mengangkat berbagai isu yang dihadapi dunia perfilman Indonesia saat ini. Salah satu isu utama yang disoroti oleh sutradara kawakan tersebut adalah kurangnya ruang bagi film alternatif untuk menjangkau penonton yang lebih luas.
Hanung menjelaskan bahwa film-film alternatif, yang sering kali menawarkan perspektif unik dan tema-tema mendalam di luar arus utama, kesulitan untuk menemukan tempat di jaringan bioskop komersial. Hal ini membatasi akses penonton terhadap karya-karya yang mungkin memiliki nilai artistik atau pesan sosial yang penting. Menurut Hanung, perlu ada dukungan dari pemerintah untuk menyediakan ruang tayang yang memungkinkan film-film alternatif ini ditonton secara luas oleh publik.
Dengan memberikan ruang bagi film alternatif, Hanung berharap masyarakat Indonesia dapat lebih terpapar pada beragam cerita dan sudut pandang yang dihadirkan oleh para sineas lokal. Ia percaya bahwa dukungan terhadap film alternatif akan memperkaya budaya film di Indonesia, memberi pilihan tontonan yang lebih beragam, dan menginspirasi sineas muda untuk berkarya.
Hanung Bramantyo Dorong Dukungan untuk Film Alternatif di Indonesia
Hanung Bramantyo mengapresiasi upaya Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) di era Presiden Jokowi, yang telah membantu para pelaku industri film Indonesia untuk menayangkan karya mereka di berbagai festival internasional. Namun, Hanung juga menyoroti tantangan yang masih dihadapi oleh film-film alternatif dalam negeri. Meskipun karya-karya ini berhasil menembus festival internasional, mereka sering kali sulit meraih perhatian penonton ketika tayang di bioskop komersial di Indonesia.
“Sayangnya, para pelaku film festival tersebut saat filmnya rilis di negeri sendiri tidak meraih jumlah penonton yang baik,” ungkap Hanung melalui akun Instagram-nya, @hanungbramantyo, pada Senin (4/11). Ia menjelaskan bahwa salah satu penyebabnya adalah terbatasnya ruang tayang untuk film-film alternatif yang harus bersaing langsung dengan film-film komersial lokal maupun impor di jaringan bioskop utama.
Hanung berharap agar pemerintah, khususnya Kementerian Kebudayaan, bisa berperan lebih dalam mendukung perfilman alternatif Indonesia dengan cara memperluas ketersediaan layar khusus untuk film-film di luar arus utama. Ia mengusulkan pembentukan lebih banyak ruang publik seperti M Bloc di Jakarta, yang tidak hanya berfungsi sebagai pusat kegiatan seni, tetapi juga menyediakan bioskop alternatif yang bisa menayangkan film-film independen.
Dengan adanya ruang-ruang seperti ini, Hanung optimis film alternatif dapat menjangkau lebih banyak penonton di dalam negeri, memberi pilihan tontonan yang lebih beragam, dan mengembangkan apresiasi budaya film yang lebih kaya di kalangan masyarakat Indonesia.
Potensi Kota Kreatif untuk Film Alternatif di Indonesia: Harapan Hanung Bramantyo dan Dukungan Fadli Zon
Sutradara Tuhan, Izinkan Aku Berdosa, Hanung Bramantyo, menilai bahwa kota-kota di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan sektor kreatif, terutama dalam bidang perfilman. Kota-kota seperti Yogyakarta, Bandung, Malang, Purbalingga, dan Makassar, yang rutin menyelenggarakan festival film lokal, menunjukkan bahwa minat dan kreativitas masyarakat dalam industri film terus tumbuh.
Menurut Hanung, pemerintah melalui Kementerian Kebudayaan dapat mendukung perkembangan ini dengan membangun ruang-ruang kreatif, atau art space, yang nyaman dan dapat berfungsi sebagai tempat pemutaran film alternatif. “Selain dukungan fasilitasi produksi dan distribusi, pemerintah melalui Kementerian Kebudayaan [bisa] membuat art space seperti M Bloc di Jakarta, tapi dengan ruang tonton yang nyaman bagi pengunjung,” ujarnya. Hanung berharap ruang-ruang seperti ini dapat didirikan di kota-kota dengan potensi budaya yang tinggi, seperti Yogyakarta, Bandung, Malang, Surabaya, Purbalingga, Makassar, dan Bukittinggi, sehingga film-film alternatif dapat menjangkau lebih banyak penonton di seluruh Indonesia.
Menanggapi hal ini, Menteri Kebudayaan Fadli Zon juga menyampaikan komitmennya untuk memperluas akses layar bioskop di Indonesia. Dalam pertemuannya dengan para pelaku industri film di Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Fadli Zon mengakui bahwa jumlah layar bioskop di Indonesia saat ini masih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah penduduk, dan sebagian besar bioskop terkonsentrasi di wilayah perkotaan, khususnya Pulau Jawa.
“Ini perlu ada suatu solusi supaya film-film Indonesia bisa mendapatkan tempatnya dan mudah diakses oleh publik,” ungkap Fadli. Ia menambahkan bahwa jumlah penonton film Indonesia tahun ini diperkirakan akan mencapai 70 juta hingga akhir tahun, mencetak rekor baru dalam sejarah perfilman Indonesia. Dukungan ini diharapkan dapat menciptakan pemerataan akses layar lebar di berbagai kota dan menghidupkan industri kreatif film secara lebih merata di seluruh wilayah Indonesia.
Baca juga artikel dari JenniferBlake.com