Bencana yang merenggut nyawa sering kali menciptakan dampak yang tak terduga. Baru-baru ini, kasus tragis terjadi di Medan, di mana seorang siswi SD berusia 12 tahun berinisial A menjadi pelaku yang diduga menikam ibunya hingga 26 kali.
Peristiwa ini terjadi di sebuah kediaman di Kecamatan Medan Sunggal pada 10 Desember 2025. Kapolrestabes Medan, Kombes Pol Jean Calvijn Simanjuntak, menyatakan bahwa A kini telah ditempatkan dalam perlindungan di rumah aman.
Pihak kepolisian menerapkan pendekatan yang ramah anak, termasuk menerapkan sistem diversi. Diversi adalah pengalihan proses hukum formal ke metode penyelesaian di luar pengadilan, yang bertujuan untuk mencapai perdamaian tanpa menghukum anak dengan penjara.
Memahami Kasus Penikaman yang Menggemparkan
Penyelidikan kepolisian menunjukkan bahwa penikaman ini dipicu oleh rasa sakit hati yang mendalam. A mengaku telah mengalami kekerasan verbal dan fisik dari ibunya selama bertahun-tahun yang menyebabkan pertikaian dalam keluarga.
Menurut keterangan yang diperoleh, A dan kakaknya sering kali menjadi sasaran amukan fisik, menggunakan berbagai objek seperti sapu dan tali pinggang. Hubungan yang tidak harmonis dalam keluarga turut berkontribusi pada ketegangan yang ada.
Seorang pengamat menyatakan bahwa situasi rumah yang tidak sehat bisa berimbas pada perilaku anak. Psikolog juga dilibatkan dalam mendampingi A untuk memahami latar belakang emosionalnya dan menangani dampak dari kejadian tersebut.
Peran Psikolog dalam Penanganan Kasus
Pihak kepolisian melibatkan psikolog dan dinas terkait untuk membantu A dalam proses pemulihan mental. Perhatian yang diberikan kepada anak-anak di bawah umur dalam situasi sulit sangat penting untuk mendukung perkembangan mereka ke depan.
Psycholog yang turut terlibat dalam penanganan menyatakan bahwa hasil pemeriksaan menunjukkan A merasa menyesal atas tindakannya. Motivasi di balik penikaman menjadi fokus untuk memahami konflik batin yang ada.
Ketika trauma emosional terungkap, penting bagi A untuk mendapatkan ruang untuk berekspresi. Dengan berbagai pendekatan yang diambil, diharapkan A dapat menjalani proses penyembuhan yang positif.
Perlunya Perlindungan terhadap Anak dan Keluarga
Situasi yang dihadapi A menarik perhatian mengenai pentingnya perlindungan terhadap anak-anak di lingkungan keluarga. Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana di Sumatera Utara menyerukan agar masyarakat lebih memperhatikan pola asuh dan lingkungan anak.
Dwi Endah Purwanti, dalam pernyataannya, mengingatkan pentingnya memberikan perlindungan terhadap identitas anak. Dalam situasi yang sensitif, menjaga privasi anak adalah sebuah keharusan agar tidak menambah trauma yang sudah ada.
Hadirnya pelatihan bagi orang tua mengenai pola asuh yang baik bisa menjadi langkah preventif. Melalui pendidikan yang tepat, orang tua dapat lebih memahami cara berinteraksi yang sehat dengan anak-anak mereka.



