Raja Ojol Bangkrut – Sekitar satu dekade lalu, industri ojek online (ojol) di Indonesia menjadi ladang persaingan sengit antara pemain lokal dan internasional. Salah satu nama besar yang ikut meramaikan pasar adalah Uber, aplikasi ride-hailing asal Amerika Serikat.
Namun, meskipun sempat menjadi raja di industri ini, Uber akhirnya harus angkat kaki dari pasar Asia Tenggara, termasuk Indonesia, pada tahun 2018. Keputusan ini menandai berakhirnya operasional Uber di kawasan tersebut, setelah mereka menyerahkan seluruh bisnisnya kepada Grab, salah satu perusahaan ojol terbesar di Asia Tenggara.
Penjualan Bisnis di Asia Tenggara
Langkah Uber untuk menyerahkan operasionalnya kepada Grab mencerminkan strategi global yang diambil perusahaan saat itu. Sebelum melepas bisnisnya di Asia Tenggara, Uber juga telah menjual bisnisnya di China kepada raksasa ride-hailing lokal, Didi Chuxing.
Keputusan ini menunjukkan kesulitan Uber untuk bersaing di pasar internasional yang memiliki dinamika berbeda dari pasar asalnya di AS. Meski begitu, Uber tetap menjadi salah satu pionir dalam industri transportasi online global, dan jejaknya masih terasa di Indonesia hingga saat ini.
Setelah Gulung Tikar di RI, Uber Fokus pada Inovasi dan Ekspansi Baru
Pasca hengkang dari pasar Indonesia dan kawasan Asia Tenggara, Uber beralih fokus pada pengembangan teknologi dan investasi strategis. Salah satu langkah inovatif mereka adalah bermitra dengan produsen taksi otomatis (robotaxi) untuk menghadirkan kendaraan tanpa awak bagi pengguna. Langkah ini mencerminkan visi Uber untuk menjadi pemimpin dalam mobilitas berbasis teknologi masa depan.
Rencana Akuisisi Expedia
Terbaru, Uber dikabarkan sedang menjajaki peluang untuk mengakuisisi perusahaan pemesanan perjalanan, Expedia, seperti dilaporkan oleh CNBC International pada Rabu (20/11/2024). Diskusi antara kedua perusahaan saat ini masih berada pada tahap awal, namun jika terealisasi, akuisisi ini berpotensi mengubah posisi Uber di pasar global.
Diversifikasi Bisnis Uber
Jika akuisisi Expedia berhasil, Uber dapat memperluas portofolionya dari sekadar penyedia transportasi online dan pengiriman makanan menjadi pemain besar di sektor pemesanan perjalanan (travel booking). Diversifikasi ini menunjukkan ambisi Uber untuk mengukuhkan posisinya sebagai platform mobilitas dan layanan terpadu yang lebih komprehensif.
Langkah ini juga menandakan transformasi Uber dari raksasa ride-hailing menjadi perusahaan dengan strategi yang lebih luas di industri teknologi dan perjalanan. Akankah Uber kembali menggebrak pasar dengan langkah ini? Kita tunggu hasilnya.
Uber Berencana Akuisisi Expedia, Begini Dinamikanya
Diskusi antara Uber dan Expedia untuk potensi akuisisi mencuri perhatian industri. Hubungan keduanya menjadi menarik karena CEO Uber saat ini, Dara Khosrowshahi, sebelumnya pernah menjabat sebagai CEO Expedia dari tahun 2005 hingga 2017. Hingga kini, Khosrowshahi masih tercatat sebagai anggota non-eksekutif di dewan direksi Expedia.
Nilai Pasar dan Persaingan Expedia
- Kapitalisasi pasar Uber saat ini mencapai USD 168 miliar, berkat performa bisnis yang moncer dan saham yang mencapai rekor tertinggi bulan ini.
- Expedia, di sisi lain, bernilai sekitar USD 20 miliar, dengan harga saham yang lebih rendah dibandingkan puncaknya pada tahun 2022.
- Expedia menghadapi persaingan ketat dengan raksasa seperti Booking, Airbnb, dan Google, yang membuatnya sulit mempertahankan momentum pasar.
Efek Kabar Akuisisi
Menurut laporan dari Financial Times, kabar mengenai minat Uber untuk mencaplok Expedia langsung mendorong saham Expedia naik sebesar 5%.
Namun, hingga saat ini, baik Uber maupun Expedia belum memberikan konfirmasi resmi terkait diskusi ini, menurut laporan CNBC International.
Potensi Strategis Akuisisi
Jika akuisisi ini terjadi, Uber dapat memperluas bisnisnya dari sekadar layanan transportasi online dan pengiriman makanan ke sektor pemesanan perjalanan. Hal ini dapat memperkuat Uber sebagai pemain besar di industri perjalanan global, sekaligus memberikan Expedia peluang baru untuk bersaing dengan platform lain seperti Airbnb dan Booking.
Dengan latar belakang kuat CEO Uber di Expedia, akuisisi ini berpotensi menjadi langkah strategis untuk mendorong diversifikasi dan pertumbuhan Uber. Apakah ini menjadi langkah nyata? Dunia bisnis menanti keputusannya.
Baca juga artikel dari JenniferBlake.com